Mengenal 8 Istana Kepresidenan di Indonesia; Fungsi dan Sejarahnya

    Prabowo Subianto baru saja secara resmi akan mengemban tugas sebagai presiden Republik Indonesia. Nantinya, Prabowo akan menduduki istana kepresidenan yang ada di Indonesia sebgaai tempat tinggal serta bekerja.

    Tetapi tahukah kamu bahwa Indonesia memiliki delapan istana kepresidenan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia? 

    Dilansir dari situs resmi Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, negara ini memiliki     beberapa Istana Kepresidenan yang digunakan sebagai lokasi resmi untuk kegiatan kenegaraan. Secata umum Istana Kepresidenan selain berfungsi sebagai tempat tinggal resmi, gedung tersebut juga berfungsi sebagai kantor kerja presiden, serta lokasi untuk berbagai acara kenegaraan. Di Indonesia, terdapat beberapa Istana Kepresidenan yang terletak di berbagai daerah.

 Berikut adalah informasi seputar Istana Kepresidenan di Indonesia dan fungsinya:

1. Istana Negara 

Istana kepresidenan Indonesia merupakan kediaman resmi sekaligus juga sebagai kantor bagi presiden.

    Istana Negara berlokasi di Jalan Veteran No.17, Jakarta Pusat, Indonesia, dengan posisi menghadap ke Sungai Ciliwung. Di belakangnya terdapat Istana Merdeka yang berhadapan langsung dengan Taman Monumen Nasional, keduanya dihubungkan oleh Halaman Tengah. Di sekitar Istana Negara, terdapat beberapa bangunan lain seperti Kantor Presiden, Wisma Negara, Masjid Baiturrahim, dan Museum Istana Kepresidenan. 

Sejarah Singkat  

    Istana Negara awalnya merupakan kediaman pribadi J.A. van Braam, seorang warga negara Belanda, yang dibangun pada 1796 hingga 1804. Pada tahun 1816, bangunan tersebut diambil alih oleh pemerintah Hindia-Belanda dan dijadikan tempat kediaman serta pusat kegiatan pemerintahan bagi Gubernur Jenderal Belanda, sehingga sering disebut "Hotel Gubernur Jenderal." Berbagai peristiwa penting terjadi di Istana ini, termasuk penyusunan strategi menindas pemberontakan Pangeran Diponegoro dan penandatanganan Persetujuan Linggajati pada 1947.

    Awalnya, bangunan Istana terdiri dari dua lantai, tetapi pada tahun 1848, lantai atas dirobohkan dan bagian depannya diperluas untuk memberikan tampilan yang lebih megah. Pada tahun 1869, Gubernur Jenderal Pieter Mijer meminta pembangunan gedung baru yang kemudian menjadi Istana Merdeka. Setelah proklamasi kemerdekaan, Istana Negara menjadi lokasi pertemuan penting, termasuk antara Mohammad Hatta dan Dr. van Mook pada 1948.

    Dari segi arsitektur, Istana Negara menonjolkan gaya Palladio dengan 14 saka bergaya Yunani di bagian depannya. Di dalam istana terdapat dua balairung besar: Ruang Upacara dan Ruang Jamuan, yang digunakan untuk acara resmi dan jamuan kenegaraan. 

    Ruang Upacara ini juga berfungsi sebagai auditorium yang dapat menampung ribuan orang, sementara Ruang Jamuan menjadi tempat para tamu berkumpul setelah upacara. Terdapat juga koridor yang menghubungkan Ruang Jamuan dengan ruang kerja Presiden dan beberapa ruang khusus lainnya. 

Fungsi  

    Fungsi utama dari Istana Negara diantaranya adalah untuk kegiatan pemerintahan seperti pelantikan pejabat tinggi negara atau menerima tamu kenegaraan. Istana ini digunakan untuk acara-acara resmi seperti musyawarah dan rapat kerja nasional, serta pembukaan kongres baik tingkat nasional maupun internasional, dan juga sebagai lokasi jamuan kenegaraan. 

    Fungsi utama istana lebih berfokus pada kegiatan resmi kepresidenan sebagai kantor Presiden Republik Indonesia. Namun, pada peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus, Istana Negara juga menjadi tempat jamuan makan bagi Presiden dan para veteran.

 

2.  Istana Merdeka

Foto istana merdeka yang terletak di Jalan Medan Merdeka, Jakarta, Indonesia

    Istana Merdeka berada di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Indonesia, dengan posisi menghadap langsung ke Taman Monumen Nasional. Kompleks yang mencakup Istana Merdeka dan Istana Negara memiliki luas 6,8 hektar dan terletak di pusat ibu kota.  
 
Sejarah Singkat 

    Pada akhir abad ke-19, peningkatan kegiatan pemerintahan Hindia-Belanda menyebabkan Istana Negara tidak lagi memadai. Oleh karena itu, pada tahun 1873, Gubernur Jenderal Louden memulai pembangunan bangunan baru yang dirancang oleh arsitek Drossares, yang rampung pada tahun 1879 di bawah pemerintahan Gubernur Jenderal Johan Willem van Landsbarge. Bangunan baru ini dikenal sebagai Istana Gambir. 

    Setelah kemerdekaan Indonesia, Istana Merdeka menjadi saksi penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat pada 27 Desember 1949. Sejak era Republik Indonesia, Istana Merdeka telah menjadi kediaman bagi beberapa Presiden, termasuk Soekarno dan Joko Widodo. 

    Istana ini juga berfungsi sebagai tempat penting bagi upacara kenegaraan dan jamuan, seperti peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan pertama kali pada tahun 1950. Istana ini juga mencatatkan sejarah dengan berbagai kegiatan diplomatik dan kenegaraan selama bertahun-tahun. 

    Bagian dalam Istana Merdeka memiliki sejumlah ruangan penting, termasuk Ruang Jepara, yang didominasi oleh ukiran kayu khas Jepara, serta ruang kerja Presiden yang tetap dipertahankan sejak era Soekarno. 

    Beberapa renovasi dan penataan dilakukan oleh presiden-presiden setelahnya, seperti pembangunan Masjid Baiturrahim pada masa Soekarno dan penambahan Wisma Negara untuk tamu-tamu negara. Selain itu, Istana Merdeka juga menjadi saksi kedatangan berbagai tokoh dunia, menjadikannya simbol penting dalam sejarah Indonesia. 

Fungsi  

    Fungsi utama diantaranya adalah menjadi tempat tinggal sekaligus kantor Presiden. Bangunan Istana Merdeka berkonsep rumah panggung, diantaranya sebagai antisipasi banjir. 

    Sementara itu, pada era Soekarno Presiden menggunakan sebuah ruang di sisi timur Istana Merdeka sebagai kamar tidurnya. Kamar tersebut berada di seberang ruang kerjanya, dipisahkan oleh sebuah bangsal besar yang dikenal sebagai ruang resepsi. 

    Kamar tidur Soekarno tidak memiliki kamar mandi pribadi, sehingga ia dan Ibu Fatmawati menggunakan kamar mandi yang terletak di belakang kamar tidur, bersebelahan dengan kamar tidur putra sulung mereka, Guntur. Semua ruangan ini terletak di sisi timur Istana Merdeka.


3. Istana Bogor

Foto Istana Bogor yang berlokasi di Jalan Ir.H.Juanda No,1 Kelurahan Paledang Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor (Edenson Hills) 

    Istana Kepresidenan Bogor berlokasi di Jalan Ir. H. Juanda No.1, Kelurahan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat, sekitar 60 kilometer dari Jakarta dan 43 kilometer dari Cipanas. Istana ini terletak di pusat Kota Bogor di atas lahan datar seluas sekitar 28,86 hektar, dengan ketinggian 290 meter di atas permukaan laut. 

Sejarah Singkat

    Istana Kepresidenan Bogor awalnya dibangun sebagai pesanggrahan oleh Gubernur Jenderal Belanda, G.W. Baron van Imhoff, pada tahun 1745 di Kampong Baroe, yang kini dikenal sebagai Bogor. Tempat ini dipilih karena cuacanya yang sejuk, berbeda dengan Batavia yang panas. 

    Pembangunan awalnya mengikuti arsitektur Blenheim Palace di Inggris, namun belum selesai ketika masa jabatan van Imhoff berakhir. Istana ini kemudian mengalami kerusakan akibat pemberontakan Banten pada tahun 1750-1754, dan diperbaiki oleh penggantinya.

    Seiring berjalannya waktu, berbagai Gubernur Jenderal Hindia-Belanda melakukan perluasan dan renovasi terhadap Istana Bogor. Pada masa Gubernur Jenderal Willem Daendels, pesanggrahan diperbesar dengan tambahan bangunan di sisi kiri dan kanan serta ditingkatkan menjadi dua lantai. 

    Pada tahun 1817, Gubernur Jenderal Baron van der Capellen mendirikan menara di gedung induk dan mendirikan Kebun Raya yang menjadi bagian penting dari lingkungan istana. Namun, istana mengalami kerusakan besar akibat gempa pada tahun 1834, dan direkonstruksi lagi oleh Gubernur Jenderal Albertus Yacob Duijmayer van Twist dengan arsitektur Eropa abad ke-19.

    Setelah berbagai renovasi, pada tahun 1870, Istana Buitenzorg resmi dijadikan kediaman Gubernur Jenderal Belanda. Setelah Indonesia merdeka, istana ini direbut oleh pemuda Indonesia, namun sempat diduduki kembali oleh pasukan Ghurka sebelum akhirnya diserahkan kepada pemerintah Indonesia pada akhir tahun 1949. 

    Pada tahun 1950, Istana Kepresidenan Bogor mulai digunakan oleh pemerintah Indonesia, dan beberapa renovasi dilakukan, termasuk penambahan pilar bergaya Ionia di bagian depan serta penggantian jembatan kayu lengkung dengan koridor yang menghubungkan gedung utama dan sayap istana. 

Fungsi

    Istana Kepresidenan Bogor pada masa penjajahan Belanda berfungsi sebagai tempat peristirahatan. Setelah Indonesia merdeka, fungsinya berubah menjadi kantor presiden dan kediaman resmi Presiden Republik Indonesia.

    Beberapa peristiwa penting yang terjadi di istana ini antara lain: Konferensi Lima Negara pada 28-29 Desember 1954, pembahasan konflik Kamboja dalam forum JIM pada 25-30 Juli 1988, dan Pertemuan Para Pemimpin APEC pada 15 November 1994. Salah satu momen bersejarah bagi Indonesia adalah penandatanganan Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar).

Istana ini memiliki 37 bangunan utama, termasuk:

1. Gedung Induk: Memiliki delapan ruang, seperti Ruang Garuda untuk resepsi dan sidang kabinet, Ruang Teratai untuk tamu, Ruang Film, Ruang Makan, Ruang Kerja Presiden, Ruang Perpustakaan, serta Ruang Tunggu untuk Presiden dan Menteri.

2. Gedung Utama Sayap Kiri: Dikhususkan untuk para Menteri dan tamu negara, dengan Ruang Konferensi yang digunakan untuk Konferensi Lima Negara dan ruang tidur.

3. Gedung Utama Sayap Kanan: Digunakan untuk tamu negara yang menginap, terdiri dari beberapa ruang tidur.

4. Bangunan Lain:Terdapat beberapa pavilion, seperti Pavilion Dyah Bayurini yang dilengkapi kolam renang untuk peristirahatan presiden dan Pavilion Jodipati sebagai kediaman kepala istana. Pavilion lainnya digunakan untuk peristirahatan pejabat, dan Gedung Serba Guna untuk berbagai acara.

 

4. Istana Gedung Agung Yogyakarta

Istana Kepresidenan Yogyakarta berada di bagian selatan Jalan Akhmad Yani, yang sebelumnya dikenal sebagai Jalan Malioboro (Foto:istock)

    Istana Kepresidenan Yogyakarta terletak di ujung selatan Jalan Akhmad Yani (dahulu Jalan Malioboro), di Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta. Kompleks ini berada pada ketinggian 120 meter di atas permukaan laut, dibangun di atas lahan seluas 43.585 m², dan menghadap ke timur, berseberangan dengan Museum Benteng Vredeburg, bekas benteng Belanda.

    Sejak didirikan, Istana Kepresidenan Yogyakarta tidak banyak berubah. Di halaman depannya terdapat patung raksasa penjaga pintu (dwarapala) setinggi dua meter dan Tugu Dagoba (Tugu Lilin) setinggi tiga setengah meter yang selalu menyala api semu di puncaknya, terbuat dari batu andesit.

    Istana ini juga dikenal sebagai Gedung Agung atau Gedung Negara, yang mencerminkan salah satu fungsinya sebagai tempat penerimaan tamu-tamu penting. Istana ini memiliki peranan penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Megawati Soekarnoputri, putri Presiden Soekarno, juga lahir di istana ini.

Sejarah Singkat

    Istana Kepresidenan Yogyakarta awalnya hanya sebagai rumah kediaman resmi Residen ke-18 di Yogyakarta, Anthonie Hendriks Smissaert, yang merupakan warga Belanda dan penggagas Gedung Agung. Pembangunan gedung ini dimulai pada Mei 1824 di bawah arahan arsitek A. Payen, yang ditugaskan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda untuk merancang bangunan bergaya Eropa yang disesuaikan dengan iklim tropis. Namun, pembangunan terhenti akibat Perang Diponegoro (1825-1830) dan baru dilanjutkan setelah perang berakhir pada tahun 1832. 

    Pada 10 Juni 1867, gempa bumi menghancurkan kediaman resmi Residen Belanda, dan gedung baru selesai dibangun pada tahun 1869, menjadi Gedung Induk Kompleks Istana Kepresidenan Yogyakarta yang dikenal sebagai Gedung Negara.

    Pada 19 Desember 1927, status Yogyakarta ditingkatkan menjadi provinsi, menjadikan gedung tersebut sebagai kediaman para Gubernur Belanda hingga pendudukan Jepang, di mana istana ini menjadi rumah bagi penguasa Jepang. Beberapa Gubernur Belanda yang tinggal di sana termasuk J.E. Jasper dan P.R.W. van Gesseler Verschuur. 

    Selama masa pendudukan Jepang, gedung ini berfungsi sebagai kediaman resmi Koochi Zimmukyoku Tyookan, penguasa Jepang di Yogyakarta.Pentingnya Gedung Agung meningkat ketika pemerintahan Republik Indonesia pindah dari Jakarta ke Yogyakarta pada 6 Januari 1946, menjadikannya ibu kota baru. 

    Istana ini menjadi kediaman resmi Presiden Soekarno, sedangkan Wakil Presiden Mohammad Hatta tinggal di gedung terdekat. Istana ini juga menyaksikan berbagai peristiwa penting, termasuk pelantikan Jenderal Soedirman sebagai Panglima Besar TNI. Namun, setelah Agresi Militer II pada 19 Desember 1948, Presiden dan pejabat tinggi Republik diasingkan. Mereka kembali pada 6 Juli 1949, tetapi sejak 28 Desember 1949, istana ini tidak lagi berfungsi sebagai kediaman presiden.

Fungsi

    Fungsi utamanya adalah sebagai tempat menerima tamu agung dari berbagai negara. Contoh: Presiden Pajendra Prasad dari India (1958), Ratu Elizabeth II dari Inggris (1974), Kepala Gereja Kato Sri Paus Paulus Johannes II (1989).


5. Istana Cipanas

Istana Cipanas yang terletak berlokasi di Jl. Raya Cipanas No. 105, Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (Foto: I-stock)


    Istana Cipanas adalah salah satu istana kepresidenan milik Indonesia, yang berlokasi di Jl. Raya Cipanas No. 105, Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Istana ini memiliki peranan penting dalam sejarah Indonesia, baik sebelum maupun setelah kemerdekaan.

Sejarah Singkat 

    Istana Cipanas telah menjadi tempat bagi para Gubernur Jenderal sejak zaman kolonial, dikenal karena pemandian air panas dan udara pegunungan yang bersih. Presiden Soekarno menjadikannya lokasi untuk mencari inspirasi dalam pidato-pidatonya dan memerintahkan pembangunan studio terpencil di istana pada tahun 1954.

    Istana ini dibangun oleh Gubernur Jenderal Van Imhoff pada tahun 1742, Istana Cipanas terinspirasi dari arsitektur Eropa dengan penyesuaian tropis, selesai pada tahun 1746. Sejak saat itu, istana ini telah mengalami penambahan bangunan dan menjadi tempat persinggahan para pemimpin, termasuk untuk pernikahan anggota keluarga presiden.

    Di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto, paviliun baru dibangun, dan koleksi seni ditambahkan ke istana. Meskipun Soeharto hanya sesekali bermalam di sana, banyak wakil presiden yang sering mengunjungi Istana Cipanas, menjadikannya sebagai tempat liburan dan pertemuan penting. 

Fungsi

    Istana Cipanas berfungsi sebagai tempat peristirahatan dan kegiatan resmi kepresidenan. Sejak dibangun pada tahun 1740 pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, istana ini telah menjadi lokasi istirahat bagi para Gubernur Jenderal. 

    Saat ini, Istana Cipanas juga digunakan untuk kegiatan resmi oleh Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Selain fungsinya sebagai tempat tinggal, istana ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas, termasuk kolam air mancur di halaman depan, tiang bendera di tengah halaman, serta kolam renang air panas dan dingin, serta kolam pemancingan.


6. Istana Tampak Siring

 

 Istana Kepresidenan Tampaksiring terletak di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali (Foto:I-stock)

    Istana Kepresidenan Tampak Siring terletak di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali, sekitar 40 kilometer dari Denpasar. Dengan ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut, kawasan ini memiliki curah hujan yang tinggi dan dikelilingi perbukitan, sehingga udaranya sejuk, terutama pada malam hari saat musim kemarau. 
     
    Istana ini adalah satu-satunya yang dibangun setelah Indonesia merdeka, dengan pembangunan dimulai pada tahun 1957 hingga 1960. Untuk menyambut Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN XIV yang berlangsung pada 7-8 Oktober 2003, Istana Tampaksiring menambah beberapa bangunan baru, termasuk gedung konferensi, gedung resepsi, dan Balai Wantilan untuk pertunjukan seni. 

Sejarah Singkat  

    Nama "Tampaksiring" berasal dari dua kata dalam bahasa Bali: "tampak" yang berarti "telapak" dan "siring" yang berarti "miring." Menurut legenda dari daun lontar Usana Bali, nama ini berkaitan dengan bekas jejak kaki Raja Mayadenawa, seorang raja yang sakti namun angkara murka, yang menganggap dirinya dewa. Ketika dikejar oleh Batara Indra karena kelakuannya, Mayadenawa berusaha mengelabui para pengejarnya dengan berjalan miring untuk mengubah jejaknya.

    Walau Mayadenawa akhirnya ditangkap, ia sempat menciptakan mata air beracun yang mengakibatkan banyak kematian di antara para pengejarnya. Batara Indra kemudian menciptakan mata air penawar yang dikenal sebagai Tirta Empul. Kawasan hutan tempat raja itu melarikan diri sambil meninggalkan jejak miringnya kemudian dikenal sebagai Tampaksiring.

Fungsi

    Istana Kepresidenan Tampaksiring dibangun atas prakarsa Presiden Soekarno untuk menjadi tempat peristirahatan bagi Presiden dan keluarga, serta tamu negara yang berkunjung ke Bali. Lokasi ini dipilih karena udaranya yang sejuk dan jauh dari keramaian kota, membuatnya ideal untuk tempat istirahat. Di sudut kawasan istana, dulunya terdapat bangunan peristirahatan milik Kerajaan Gianyar, yang kini menjadi Wisma Merdeka, bagian pertama dari Istana Tampaksiring yang dibangun. 

 

7.  Istana Garuda dan Istana Negara (IKN)

Istana Negara dengan latar belakang Istana Garuda di Itu Kota Nusantara (IKN) jelang matahari tenggelam, Rabu (7/8/2024) pukul 18.21 Wita. Kenapa Istana Garuda IKN berwarna gelap dan akan berubah menjadi kehijauan.(KOMPAS.com/Wisnu Nugroho)

    Dilansir dari Antara news, Istana Negara IKN merupakan bangunan megah yang berfungsi sebagai kediaman resmi Presiden Indonesia. Lokasi Istana ini berada di Kawasan Inti Pusat Ibu Kota Negara (IKN).

 Sementara itu, dilansir dari Kemenparekraf RI, desain Istana Negara di Ibu Kota Negara (IKN) Kalimantan berbentuk burung Garuda yang mengepakkan sayap, hasil karya Nyoman Nuarta. Istana ini, yang dikenal sebagai Istana Garuda, dibangun di atas lahan seluas 55,7 hektar dengan tapak bangunan seluas 334.200 meter persegi.

    Filosofi Istana Garuda menggambarkan Garuda sebagai simbol persatuan, terkait erat dengan lambang negara, Bhineka Tunggal Ika. Desainnya bukan hanya sekadar landmark, tetapi juga mencerminkan sinergi antara seni, sains, dan teknologi, yang menjadi ciri khas bangunan ikonik di seluruh dunia.

    Arsitektur Istana Garuda mempertimbangkan estetika, nilai guna, dan manfaatnya, termasuk untuk memajukan pariwisata Indonesia. Simbol burung Garuda mencerminkan keberagaman Indonesia, dari adat, budaya, hingga kepercayaan yang berbeda-beda namun tetap bersatu.

    Itulah delapan istana kepresidenan yang ada di Indonesia. Setiap istana memiliki sejarah dan fungsinya masing-masing. Kalau kamu sendiri lebih tertarik melihat langsung istana kepresidenan yang mana nih?

Klik Blog

Halo! Saya Sayidah, mahasiswi jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta. Saya lahir dan besar di Cirebon, kini merantau untuk mengejar passion dalam menulis, terutama artikel, berita, dan puisi. Selain menulis, saya juga menyukai fotografi, seni, budaya, dan desain grafis, seperti pembuatan layout dan flayer. Di Klik Blog ini, saya berbagi pemikiran, pengalaman, dan karya-karya saya. Semoga bisa memberikan inspirasi dan sudut pandang baru bagi Anda. Selamat datang dan selamat menjelajahi!

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama