- Tumpukan sampah plastik dari bekas cup es teh dan minuman kemasan mendominasi tempat pengepul sampah plastik di Depok Timur.
- Fenomena meningkatnya penjual es teh di Indonesia sejak awal 2024 berkontribusi terhadap peningkatan sampah plastik sekali pakai.
- Cuaca panas ekstrem membuat konsumsi es teh semakin populer, tetapi kesadaran masyarakat akan dampak limbah plastik terhadap lingkungan masih sangat minim.
Teh
adalah salah satu minuman favorit masyarakat Indonesia. Sejak diperkenalkan
oleh penjajah Belanda pada abad ke-17, teh tidak hanya menjadi pelepas dahaga,
tetapi juga simbol keramahtamahan dan budaya.
Memasuki
awal tahun 2024, fenomena meningkatnya penjual es teh di Indonesia menjadi perhatian
serius, terutama terkait dampaknya terhadap lingkungan. Banyak penjual es teh
menggunakan kemasan plastik sekali pakai, seperti gelas dan sedotan, yang
berpotensi meningkatkan pencemaran lingkungan.
Sebagai
negara beriklim tropis, menyeruput segelas es teh di tengah cuaca panas menjadi
kenikmatan yang sulit dihindari. Akibat tingginya permintaan membuat penjual es
teh semakin menjamur di berbagai tempat.
Berdasarkan
perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), cuaca panas
ekstrem diprediksi akan berlanjut hingga akhir September 2024, dengan suhu
mencapai rata-rata 34,4 derajat Celsius.
Di
tengah cuaca yang semakin panas, banyak orang justru terlena dengan kesegaran
es teh tanpa menyadari dampak yang akan timbul. Padahal semakin banyak kita
mengonsumsi es teh kemasan, semakin besar pula jumlah sampah plastik yang
dihasilkan.
Bayangkan
jika kita minum es teh kemasan tujuh kali dalam seminggu, berapa banyak sampah
plastik yang dihasilkan dalam sebulan?
Narsori,
salah satu pengepul sampah plastik di Depok Timur,
mengungkapkan bahwa ia bisa mengumpulkan lebih dari satu ton sampah plastik
dalam sehari “Sehari bisa sampai satu ton atau lebih sampah plastik yang
didapat dari beberapa pengepul dan kebanyakan dari kemasan minuman, kaya bekas es
teh”, ujarnya di tempat penampungan sampah plastik, Jalan Naming D. Bothin,
Depok.
Peningkatan
konsumsi es teh berpotensi menghasilkan limbah plastik yang sulit terurai.
Selain itu, produksi plastik juga menghasilkan emisi karbon yang berdampak pada
pemanasan global.
Untuk
mengatasi masalah ini, diperlukan upaya dari berbagai pihak. Tiap orang dapat
mulai membawa botol minum sendiri saat membeli es teh, sementara industri
minuman harus berinovasi dengan kemasan yang lebih ramah lingkungan. Dengan
langkah-langkah kecil ini, kita dapat berperan aktif dalam mengurangi
pencemaran lingkungan.